MACCANEWS--Produksi air yang dihasilkan di enam titik sumur dalam yang masing-masing berkapasitas 20 liter per detik, sejauh ini air produksi sumur dalam belum layak untuk dikonsumsi masyarakat.
Pasalnya air yang dihasilkan memiliki kandungan zat besi yang sangat tinggi dan dapat membahayakan kesehatan warga apabila airnya dikonsumsi.
Bahkan, warna airnya apabila kena udara seketika berubah warna kecokelat-cokelatan hingga sampai menghitam.
Olehnya itu, Pemerintah Kota (Pemkot) Parepare, dalam hal ini Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Parepare seharusnya segera mengantisipasi hal itu sebelum ada warga yang menjadi korban.
Direktur Utama (Dirut) PDAM Kota Parepare Lukman Hakim yang berulang kali dihubungi terkait hal ini disinyalir sengaja menghindari awak media. Berulang kali hendak ditemui di kantornya, namun Lukman Hakim yang akrab disapa Lukki ini jarang terlihat di kantornya.
Nomor telefon selularnya bahkan berulang kali dihubungi, aktif namun tak sekali pun telefonnya diangkat. Pesan singkat (SMS) juga tak kunjung dibalas.
Sementara itu, Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) pekerjaan konstruksi proyek pengeboran sumur dalam di Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kota Parepare, Suhandi yang dikonfirmasi sebelumnya tidak menampik bahwa memang sejauh ini air produksi sumur dalam belum bisa untuk dikonsumsi karena bisa berdampak burum pada kesehatan.
"Enam titik sumur dalam yang dikerjakan 2016 lalu semuanya sudah memproduksi air. Hanya saja kandungan zat besi airnya masih sangat tinggi dan belum bisa buat dikonsumsi masyarakat. Jika kena udara, airnya lama-kelamaan berubah warna menjadi kecokelat-cokelatan," urai Suhandi.
Sekedar diketahui, Mega Proyek Pengeboran Sumur Dalam yang dikerjakan sebanyak 6 (enam) titik dan tersebar di 3 Kecamatan di Kota Parepare, dikerjakan pada 2016 lalu dengan menelan anggaran sekira Rp. 9 milyar. Anggaran itu belum termasuk pemasangan pipanya sekira Rp6 miliar. (lan)
0 komentar: